Zonasi Sekolah Meratakan Akses atau Menghambat Aspirasi?

mp.fip.unesa.ac.id - Kamis (17/4/2025) Kebijakan zonasi sekolah yang diimplementasikan dalam sistem PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) memicu pro dan kontra di masyarakat. Tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk meratakan akses pendidikan serta menghindari penumpukan siswa di sekolah-sekolah favorit. Namun, dalam kenyataannya, banyak orang tua dan siswa merasa bahwa sistem ini justru menghalangi hak untuk memilih sekolah yang paling sesuai dengan minat dan bakat anak. Hal ini sangat dirasakan oleh siswa berbakat yang terpaksa tidak dapat masuk ke sekolah impian hanya karena kendala jarak.
Zonasi sekolah memang tampak adil dari segi distribusi, tetapi belum tentu adil dalam hal kualitas. Sekolah-sekolah dengan tingkat pendidikan yang rendah masih belum mendapat pembinaan yang merata, sehingga siswa yang berada di zona tersebut merasa "terjebak". Dalam banyak situasi, siswa harus menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak bisa berkembang dengan optimal karena lingkungan belajar yang kurang mendukung. Ini memperkuat stigma bahwa zonasi bukanlah solusi, melainkan bentuk baru dari diskriminasi dalam pendidikan.
Meskipun pemerintah beralasan bahwa zonasi mendorong pemerataan, bukti di lapangan menunjukkan hal yang sebaliknya. Banyak daerah yang belum memiliki standar fasilitas pendidikan yang setara di antara sekolah-sekolah. Hal ini menyebabkan siswa dari keluarga mampu tetap berupaya untuk "pindah domisili" demi masuk ke sekolah unggulan. Akhirnya, zonasi menjadi celah baru bagi ketimpangan sosial yang sebenarnya ingin dihapus.
Pemerintah perlu melakukan evaluasi ulang terhadap penerapan zonasi dengan pendekatan yang lebih fleksibel. Fokus tidak hanya pada jarak, tetapi juga pada potensi siswa dan kesiapan sekolah dalam mendukung perkembangan mereka. Program peningkatan kualitas semua sekolah di berbagai zona juga harus dipercepat. Dengan cara ini, zonasi tidak sekadar menjadi sistem, tetapi solusi nyata untuk pemerataan pendidikan yang berkualitas. [fie]
Narasi dan Gambar ini dibuat dengan bantuan AI