Kuliah Umum Bersama Ditjen Sumber Daya Iptek Dikti, Jurusan MP Siapkan SDM Menghadapi Era VUCA

mp.fip.unesa.ac.id Kamis (30/09/2021) Sinergitas antara Program Studi S1, S2, dan S3 Manajemen Pendidikan FIP Unesa dalam menyelenggarakan Kuliah Tamu yang bertemakan Pengelolaan Lembaga Pendidikan Berbasis Risiko di Era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambuguity) adalah sebagai upaya menyiapkan lulusan yang bergerak untuk menciptakan perubahan-perubahan maupun inovasi-inovasi di dunia pendidikan. Kuliah tamu ini menghadirkan Dr. Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed. selaku Ditjen Sumber Daya Iptek Dikti sebagai narasumber dan diikuti oleh 700 peserta dari mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan dan mahasiswa FIP. Acara ini ditayangkan secara Live Streaming melalui aplikasi ZOOM dan disiarkan di kanal YouTube Official MP FIP Unesa.
Dr. Erny Roesminingsih, M.Si., Kaprodi S2 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unesa menyampaikan bahwa, “Dengan adanya kuliah umum ini akan memberikan sebuah pencerahan, sebuah paradigma, sebuah cara berpikir yang berbeda ketika kita melihat dunia kita–terutama dunia manajemen pendidikan. Sehingga nantinya kita bisa berperan aktif apa sih yang akan kita lakukan, bagaimana, mengapa dan seterusnya di era yang serba berubah seperti saat ini,” ungkapnya.
Dalam pembukaan kuliah tamu ini, moderator acara menyampaikan bahwa situasi di era VUCA menjadi tantangan yang tidak dapat dihindari oleh para pemimpin – pelaku pendidikan. Namun demikian bagaimana kita bisa menciptakan harmonisasi sehingga pendidikan bisa seiring berjalan dengan era ini. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si. berpesan bahwa sesuatu yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri. “Era VUCA semakin terasa dengan munculnya Covid-19, untuk itu kita dituntut untuk mampu berkreasi dan beradaptasi agar kita dapat melewati era ini,” ujar Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa ini.
Pada sesi pemaparan materi, narasumber menekankan tentang peran pendidikan tinggi dalam rangka menghadapi VUCA harus melahirkan 2 hal yang perlu dimiliki oleh lulusannya yakni, knowledge dan innovation. “Knowledge saja tidak cukup, karena terbatas di teori dan tidak ada pengembangan. Inovasi tanpa pembelajaran juga hampir nonsense, karena tidak mungkin inovasi tumbuh tanpa ada ilmu yang mendasarinya,” ujarnya. Dr. Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed. juga berpesan bahwa jangan sampai ada mata rantai yang putus, yakni kurikulum antara kompetensi yang diajarkan dengan kemajuan dan kebutuhan dunia profesi. Dalam berupaya mendobrak VUCA itu sama halnya dengan ‘banyak jalan menuju Roma’, kita jangan terlalu berpikiran sempit melainkan harus banyak pilihan, fleksibel, dan kaya makna. Sehingga pembelajaran tidak semata-mata terpaku pada kurikulum yang tertulis atau highlight saja, tetapi bagaimana cara berkolaborasi dengan mahasiswa. (fni/el)